Ramayana

A.        Ramayana
Ramayana dari bahasa Sansekerta (रामायण) Rāmâyaṇa yang berasal dari kata Rāma dan Ayaṇa  yang berarti "Perjalanan Rama", adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Cerita epos lainnya adalah Mahabharata. Ramayana terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin ini. Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna. Di India dalam bahasa Sansekerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab.
Dalam buku Ramayana karangan C. Rajagopalachari ini dikisahkan secara runtut perjalanan Rama dan Sinta. Disini, cerita dikemas dengan bahasa yang indah dan mudah dimengerti, sehingga pembaca akan lebih mudah dan akan dibawa kedunia imajinasi.
B.        Ringkasan Cerita Ramayana
Raja Dasarata memimpin kerajaan dari ibu kota Ayodya. Ia tegakkan nilai-nilai yang diajarkan para dewa. Kemasyhurannya tersebar di ketiga  dunia. Ia setara dengan Batara Indra dan Kubera. Dasarata mempunyai tiga istri, yaitu Kaekayi, Sumitra, dan Kausalya. Namun, sampai saat ini Dasarata belum mempunyai putera. Maka, untuk mendapatkan seorang putra, Dasarata melakukan upacara persembahan kuda. Dasarata diberikan minuman para dewa, lalu ketiga akhirnya mengandung. Seiring berjalannya waktu, putra-putra Dasarata lahir. Dewi Kausalya melahirkan Rama. Kaekayi melahirkan Bharata. Sumitra melahirkan putra kembar, Lesmana dan Satruguna.
Suatu ketika, Wismamitra datang ke Ayodya untuk meminta kepada Dasarata agar kedua anaknya Rama dan Lesmana ikut membantunya untuk menumpas dua raksasa perkasa yaitu Maricha dan Subahu. Dengan perdebatan sengit akhirnya Dasarata memberikan izin kepada Rama dan Lesmana untuk pergi bersama Wismamitra.Dalam kisah perjalanannya, akhirnya Rama dan Lesmana dapat membunuh raksasa-raksasa jahat.
Di sebuah negeri bernama Mantili ada seorang putri nan cantik jelita bernama Dewi Sinta. Dia seorang putri raja negeri Mantili yaitu Prabu Janaka. Suatu hari sang Prabu mengadakan sayembara untuk mendapatkan sang Pangeran bagi puteri tercintanya yaitu Sinta, dan akhirnya sayembara itu dimenangkan oleh Putera Mahkota Kerajaan Ayodya, yang bernama Raden Rama Wijaya. Ketika Rama akan dinobatkan menjadi Raja kerajaan Ayodya oleh ayahandanya bernama Dasarata, ibunya Kaekayi tidak menyetujuinya. Kaekayi dihasut oleh Mantara agar anaknya Bharata yang menjadi raja. Kaekayi meminta kepada Dasarata untuk mengasingkan Rama selama 14 tahun di hutan. Mendengar permohonan permaisurinya itu Dasarata sangat kaget dan tidak menerima kenyataan ini. Dia, teringat dulu dia pernah membunuh seorang anak yang tak berdosa, kedua orang tuanya tidak terima dan menyumpahi Dasarata, bahwa suatu saat nanti dia juga akan merasakan apa yang mereka rasakan, Dasarata akan kehilangan anak yang paling dia cintai.
Akhirnya, Rama, Sinta, dan Lesmana memenuhi permintaan ibu tirinya yaitu kaekayi untuk mengasingkan diri di hutan. Kepergian Rama, Lesmana dan Sinta membuat Dasarata merasakan kesengsaraan yang begitu dalam. Karena sayangnya dengan Rama, dan dia tidak dapat menerima kenyataan pahit ini, akhirnya Dasarata meninggal dunia.
Bharata, anak Kaekayi dinobatkan sebagai pengganti Dasarata. Namun, dalam kisah ini, diceritakan bahwa sebenarnya Bharata tidak mau menerima kedudukan sebagai Raja. Bharata sadar bahwa Rama lah yang berhak atas kedudukan itu. Bharata akhirnya mencari Rama dan membujuknya untuk kembali ke Ayodya, namun, Rama tidak mau, dan memberikan amanah raja kepada Bharata.
Pada awal musim dingin,di asrama kediamannya, Rama, Sinta, dan Lesmana bertemu dengan Surpanaka. Surpanaka adalah seorang raksasa yang merupakan saudara perempuan Rahwana. Saat itu Sarpakenaka tertarik dengan ketampanan Rama, dan dia menggodanya, namun Rama tetap setia dengan Sinta. Lalu, Surpanaka menggoda Lesmana, yaitu adik Rama, namun hidung Surpanaka justru dipotong Lesmana. Karena tidak terima,Surpanaka mengadu kepada Rahwana yaitu kakaknya. Nafsu angkara yang membakar hati Surpanaka adalah membalas dendam dengan mempermalukan Sinta. Untuk memancing Rahwana, ia gambarkan Sinta dengan cara sedemikian rupa sehingga kakaknya itu terpikat dan terbakar nafsu untuk memiliki. Rahwana meminta bantuan Maricha untuk dapat mendapatkan Sinta. Rahwana menculik Sinta untuk dibawa ke istananya dan dijadikan istri, dengan siasatnya Rahwana mengubah seorang hambanya bernama Maricha menjadi seekor kijang kencana. Dengan tujuan memancing Rama pergi memburu kijang ‘jadi-jadian' itu, karena Sinta menginginkannya. Dan memang benar setelah melihat keelokan kijang tersebut, Sinta meminta Rama untuk menangkapnya. Karena permintaan sang istri tercinta maka Rama berusaha mengejar kijang seorang diri sedang Shinta dan Lesmana menunggui.
Setelah cukup lama ditinggal berburu, Sinta mulai mencemaskan Rama, saat itu ada terdengar suara teriakan Rama. “Aduh, aduh! Oh, Sinta, Oh Lesmana!” demikianlah seru Maricha menirukan suara Rama. Karena khawatir, akhirnya Sinta meminta Lesmana untuk mencari Rama. Sebenarnya Lesmana tau, bahwa itu adalah suara tipuan raksasa, namun karena Sinta terus mendesaknya akhirnya Lesmana pergi mencari kakanya. Lesmana mengikuti jalan-jalan yang dilalui Rama. Rahwana yang telah menantikan kesempatan itu kemudian mendekati asrama Rama. Ia menyaru menjadi petapa yang mengenakan pakaian kuning jingga bersih. Bibirnya berkomat-kamit mengucapkan syair-syair Weda. Sementara itu, jauh di lubuk hati ia tetap Raksasa yang berhati segelap malam. Seperti yang diperintahkan tradisi, ketika melihat pertapa berpakaian kuning jingga dan membawa tempat minum, Sinta segera mengucapkan salam hormat. Sinta mempersilahkan duduk dan menghidangkan buah-buahan dan umbi-umbian. Akhirnya setelah bercakap-cakap, dengan satu tangan, Rahwana jambak rambut Sinta dan dengan tangan yang lain memondong dan menaikkan Sinta ke atas kereta yang sudah menunggu di balik pohon. Saat dalam perjalanan pulang itu terjadi pertempuran dengan seekor burung tua yang bernama Jatayu yang hendak menolong Sinta. Jatayu dapat mengenali Sinta sebagai puteri dari Janaka yang merupakan teman baiknya, namun dalam pertempuan itu Jatayu dapat dikalahkan Rahwana.
Disaat yang sama Rama terus memburu kijang kencana dan akhirnya Rama berhasil memanahnya, namun kijang itu berubah kembali menjadi raksasa. Dalam wujud sebenarnya Maricha mengadakan perlawanan pada Rama sehingga terjadilah pertempuran antar keduanya, dan pada akhirnya Rama berhasil memanah si raksasa. Pada saat yang bersamaan Lesmana berhasil menemukan Rama dan mereka berdua kembali ke tempat semula dimana Sinta ditinggal sendirian, namun sesampainya Shinta tidak ditemukan. Selanjutnya mereka berdua berusaha mencarinya dan bertemu Jatayu yang luka parah, Dari keterangan Jatayu mereka mengetahui bahwa Sinta diculik oleh Rahwana. Setelah menceritakan semuanya akhirnya si burung garuda ini meninggal.
Dalam pencariannya untuk menemukan Sinta. Ketika masuk hutan, kedua pangeran itu tiba-tiba bertemu dengan raksasa yang sangat besar. Raksasa itu bernama Kabanda. Rama dan Lesmana menebas tangan raksasa itu. Setelah kedua tangannya dibuntungi, raksasa itu tidak berdaya dan mulai bercerita:
“Karena perbuatan-perbuatan jahatku, aku dikutuk Batara Indra untuk menjalani hidup dengan wujud dan nama ini. Aku yakin kalian adalah Rama dan Lesmana. Batara Indra berjanji akan melepaskanku dari kutukan ini setelah berjumpa denganmu dan setelah kedua tanganku kalian buntungi. Sekarang bakarlah tubuhku dengan api.” Akhirnya, Rama dan Lesmana membakarnya. Sebelum pergi, Kabanda berkata kepada Rama, “Kau akan dapatkan Sinta kembali. Pergilah ke pinggir Sungai Pampa yang permai. Mintalah bantuan kepada Sugriwa yang tinggal di Bukit Risyamuka. Setelah diusir dari kerajaan oleh saudaranya, Subali, ia hidup dicekam ketakutan dan bahaya. Jalinlah persahabatan dengannya dank au akan berhasil mencapai tujuanmu. Kemudian, Rama dan Lesmana berangkat menuju Pampa. Di tempat yang permai itu, mereka mengunjungi asrama sanyasini tua, sabari. Pertemuan denagn perempuan suci dan air Sungai pampa itu memberikan kekuatan batin bagi kedua pangeran.
Sugriwa adalah pangeran wanara yang melarikan diri. Bersama dengan para pengikut setianya, dengan was-was ia mengamati Rama dan lesmana yang masuk ke hutan. Ia takut, para kestaria yang memihak Subali datang untuk membunuhnya. Hanoman adalah menteri utama Sugriwa. Dengan menyamar sebagai seorang Brahmana, Hanoman mendekati Rama dan Lesmana. Stelah berbincang-bincang dan menjelaskan maksud kedatangannya, akhirnya mereka sepakat untuk menjadi sahabat sejati. Rama dan Lesmana akan membantu sugriwa membunuh subali, dan Sugriwa akan membantunya mendapatkan Sinta. Singkat cerita, akhirnya Subali berhasil dibunuh oleh Rama. Namun, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Subali menitipkan Anggada anaknya, kerajaannya, dan Tara istinya.
Dari sampati, para wanara tahu Sinta ditawan di tanah bangsa raksasa, seratus yojana melintasi samudra. Wanara menyampaikan pada hanoman, bahwa hanya dia yang dapat membantu Rama. Akhirnya, hanoman pergi ke Alengka. Dia menyamar sebagai kera kecil. Betapa terpesonanya dia ketika melihat kerajaan Alengka.
Taman Argasoka adalah taman kerajaan Alengka tempat dimana Sinta menghabiskan hari-hari penantiannya dijemput kembali oleh sang suami. Karena sudah beberapa kali Rahwana meminta dan ‘memaksa' Sinta menjadi istrinya tetapi ditolak, sampai-sampai para istri Rahwana habis kesabarannya yaitu ingin membunuh Sinta namun dapat dicegah oleh Trijata. Trijata adalah raksasi yang mengingatkan raksasi yang lain agar tidak membunuh sinta. Trijata menceritakan mimpi buruknya secara rici:
“Dalam mimpiku, aku melihat Rama. Ia bersinar terang seperti matahari. Ia datang menjemput Sinta. Rahwana memasuki istana Batara Yama. Rama mengangkat Sinta naik gajah dan membawanya pulang. Aku melihat Rahwana dan semua bangsa Raksasa yang berpakaian kumal penuh debu diseret batara Yama.”
Hanoman duduk bersembunyi di atas pohon. Dari balik dahan, Hanoman mendaraskan dengan suara lembut dan merdu kisah Rama supaya di dengar Sinta. Setelah itu, Hanoman diam sebentar.  Syair yang lembut, membuat hati Sinta berbunga-bunga sekaligus bertanya-tanya. Ia melihat sekeliling, ke atas ke bawah. Sinta melihat putra Batara bayu, menteri raja wanara yang bijaksana, dalam wujud kera kecil. Wajahnya bercahaya seperti matahari terbit. Sinta sebenarnya tidak percaya dengan hanoman, namun hanoman terus bercerita kepada Sinta. Dan untuk menambah kepercayaan Sinta, Hanoman memberikan cincin kepada Sinta.
Dengan gagah berani, Hanoman mencoba untuk menantang perang pasukan Alengka dan Rahwana. Dengan segala kekuatannya, akhirnya kota Alengka dibakar olehnya. Rahwana marah besar dan berniat untuk membunuh Hanoman. Namun, pasukan Rahwana dapat dibunuh oleh Hanoman. Hanoman, Rama, Lesmana, dan pasukan wanara serta Sugriwa berusaha untuk merebut Sinta. Rahwana pergi meminta bantuan Kumbakarna. Karena suatu kutukan, Kumbakarna biasa tidur selan berbulan-bulan. Akhirnya, Kumbakarna berhasil dibangunkan dan bersedia membantu Rahwana. Kumbakarna pun tewas di tangan Rama sendiri. Kematian Kumbakarna membuat Rahwana semakin murka dan sedih. Dengan bantuan Indrajit, pasukan-pasukannya termasuk juga Kumba, Nikumba dan Yupaksa ia mencoba untuk memusnahkan Rama dan kawan-kawannya. Wibisana adik Rahwana, membantu Rama untuk merebut Sinta kembali. Setelah bertarung sengit, Kumba tewas di tangan Sugriwa dan Nikumba di tangan Hanoman. Maharaksa, putra Kara, yang menghadapi Rama, tewas diterjang panah api Rama. Masih banyak lagi senopati perang bala tentara raksasa yang tewas bersimbah darah. Dan akhirnya, Indrajit pun tewas di tangan Lesmana. Rahwana sangat sedih dengan kematian putranya.
Ratap tangis terdengar di setiap rumah di Alengka. Kesedihan, rasa malu, dan amarah campur aduk menggelegak di dada Rahwana seperti laut yang mengamuk. Rahwana dan bala tentaranya maju ke medan laga. Rahwana terus maju menuju medan laga didampingi Wiropaksa, Mahodara, dan Mahaparswa. Para raksasa yang menemani Rahwana langsung bertumbangan disambut hujan panah dan batu mematikan. Rahwana bertarung sengit dengan Rama. Dalam pertarungannya, Rahwana tidak dapat dimatikan. Akhirnya, Rama pun segera mengucapkan mantra seraya melontarkan panah Bramastra. Meskipun sepuluh kepala Rahwana berulang kali bunting, kepala-kepala itu tumbuh kembali. Kesaktian Rahwana membingungkan Rama. Brahmastra, yang memancarkan bara api, melesat dan menerjang dada Rahwana, Brahmastra menerjang persis pada bagian yang menyimpan rahasia kesaktian Rahwana, bagian rahasia itu remuk seketika. Busur meluncur jatuh dari jari-jemari rahwana dan raksasa sakti tersebut akhirnya tumbang dan terjatuh dari kereta; tersungkur di tanah. Kematian Rahwana membuat hati Wibisana sedih. Rahwana, kakak kandungnya akhirnya tewas di tangan Rama.
Singkat cerita setelah kematian Rahwana, Wibisana dinobatkan menjadi raja Alengkan dengan upacara yang megah. Namun, keraguan merasuki hati Rama, dia meragukan kesucian Sinta. Sinta sangat kecewa dengan tuduhan Rama. Kemudian, Sinta menyuruh Lesmana untuk membuat api unggun yang besar untuknya. Seperti yang diperintahkan Sinta, Lesmana membuat api unggun besar. Kemudian, dengan mata menatap lurus ke tanah, berjalan mengelilingi suaminya. Akhirnya, ia meloncat ke dalam kobaran api. Dan ajaib! Di sela-sela kobaran api muncul para penghuni kahyangan. Para dewa datang dan bersama-sama di sana.
Batara agni, Dewa Api, muncul di antara kobaran api dan memondong Sinta. Seluruh pakaian serta perhiasan yang dikenakan Sinta sama sekali tak terbakar dan utuh. Kemudian, ia serahkan Sinta kepada Rama. Akhirnya, Rama dan Sinta hidup bahagian bersama dan Rama dinobatkan menjadi Raja di Ayodya.

0 komentar:

Posting Komentar

Ajining Diri Saka Budi Pekerti lan Kendhaling Lathi

Selasa, 10 Desember 2013

Ramayana

A.        Ramayana
Ramayana dari bahasa Sansekerta (रामायण) Rāmâyaṇa yang berasal dari kata Rāma dan Ayaṇa  yang berarti "Perjalanan Rama", adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Cerita epos lainnya adalah Mahabharata. Ramayana terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin ini. Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna. Di India dalam bahasa Sansekerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab.
Dalam buku Ramayana karangan C. Rajagopalachari ini dikisahkan secara runtut perjalanan Rama dan Sinta. Disini, cerita dikemas dengan bahasa yang indah dan mudah dimengerti, sehingga pembaca akan lebih mudah dan akan dibawa kedunia imajinasi.
B.        Ringkasan Cerita Ramayana
Raja Dasarata memimpin kerajaan dari ibu kota Ayodya. Ia tegakkan nilai-nilai yang diajarkan para dewa. Kemasyhurannya tersebar di ketiga  dunia. Ia setara dengan Batara Indra dan Kubera. Dasarata mempunyai tiga istri, yaitu Kaekayi, Sumitra, dan Kausalya. Namun, sampai saat ini Dasarata belum mempunyai putera. Maka, untuk mendapatkan seorang putra, Dasarata melakukan upacara persembahan kuda. Dasarata diberikan minuman para dewa, lalu ketiga akhirnya mengandung. Seiring berjalannya waktu, putra-putra Dasarata lahir. Dewi Kausalya melahirkan Rama. Kaekayi melahirkan Bharata. Sumitra melahirkan putra kembar, Lesmana dan Satruguna.
Suatu ketika, Wismamitra datang ke Ayodya untuk meminta kepada Dasarata agar kedua anaknya Rama dan Lesmana ikut membantunya untuk menumpas dua raksasa perkasa yaitu Maricha dan Subahu. Dengan perdebatan sengit akhirnya Dasarata memberikan izin kepada Rama dan Lesmana untuk pergi bersama Wismamitra.Dalam kisah perjalanannya, akhirnya Rama dan Lesmana dapat membunuh raksasa-raksasa jahat.
Di sebuah negeri bernama Mantili ada seorang putri nan cantik jelita bernama Dewi Sinta. Dia seorang putri raja negeri Mantili yaitu Prabu Janaka. Suatu hari sang Prabu mengadakan sayembara untuk mendapatkan sang Pangeran bagi puteri tercintanya yaitu Sinta, dan akhirnya sayembara itu dimenangkan oleh Putera Mahkota Kerajaan Ayodya, yang bernama Raden Rama Wijaya. Ketika Rama akan dinobatkan menjadi Raja kerajaan Ayodya oleh ayahandanya bernama Dasarata, ibunya Kaekayi tidak menyetujuinya. Kaekayi dihasut oleh Mantara agar anaknya Bharata yang menjadi raja. Kaekayi meminta kepada Dasarata untuk mengasingkan Rama selama 14 tahun di hutan. Mendengar permohonan permaisurinya itu Dasarata sangat kaget dan tidak menerima kenyataan ini. Dia, teringat dulu dia pernah membunuh seorang anak yang tak berdosa, kedua orang tuanya tidak terima dan menyumpahi Dasarata, bahwa suatu saat nanti dia juga akan merasakan apa yang mereka rasakan, Dasarata akan kehilangan anak yang paling dia cintai.
Akhirnya, Rama, Sinta, dan Lesmana memenuhi permintaan ibu tirinya yaitu kaekayi untuk mengasingkan diri di hutan. Kepergian Rama, Lesmana dan Sinta membuat Dasarata merasakan kesengsaraan yang begitu dalam. Karena sayangnya dengan Rama, dan dia tidak dapat menerima kenyataan pahit ini, akhirnya Dasarata meninggal dunia.
Bharata, anak Kaekayi dinobatkan sebagai pengganti Dasarata. Namun, dalam kisah ini, diceritakan bahwa sebenarnya Bharata tidak mau menerima kedudukan sebagai Raja. Bharata sadar bahwa Rama lah yang berhak atas kedudukan itu. Bharata akhirnya mencari Rama dan membujuknya untuk kembali ke Ayodya, namun, Rama tidak mau, dan memberikan amanah raja kepada Bharata.
Pada awal musim dingin,di asrama kediamannya, Rama, Sinta, dan Lesmana bertemu dengan Surpanaka. Surpanaka adalah seorang raksasa yang merupakan saudara perempuan Rahwana. Saat itu Sarpakenaka tertarik dengan ketampanan Rama, dan dia menggodanya, namun Rama tetap setia dengan Sinta. Lalu, Surpanaka menggoda Lesmana, yaitu adik Rama, namun hidung Surpanaka justru dipotong Lesmana. Karena tidak terima,Surpanaka mengadu kepada Rahwana yaitu kakaknya. Nafsu angkara yang membakar hati Surpanaka adalah membalas dendam dengan mempermalukan Sinta. Untuk memancing Rahwana, ia gambarkan Sinta dengan cara sedemikian rupa sehingga kakaknya itu terpikat dan terbakar nafsu untuk memiliki. Rahwana meminta bantuan Maricha untuk dapat mendapatkan Sinta. Rahwana menculik Sinta untuk dibawa ke istananya dan dijadikan istri, dengan siasatnya Rahwana mengubah seorang hambanya bernama Maricha menjadi seekor kijang kencana. Dengan tujuan memancing Rama pergi memburu kijang ‘jadi-jadian' itu, karena Sinta menginginkannya. Dan memang benar setelah melihat keelokan kijang tersebut, Sinta meminta Rama untuk menangkapnya. Karena permintaan sang istri tercinta maka Rama berusaha mengejar kijang seorang diri sedang Shinta dan Lesmana menunggui.
Setelah cukup lama ditinggal berburu, Sinta mulai mencemaskan Rama, saat itu ada terdengar suara teriakan Rama. “Aduh, aduh! Oh, Sinta, Oh Lesmana!” demikianlah seru Maricha menirukan suara Rama. Karena khawatir, akhirnya Sinta meminta Lesmana untuk mencari Rama. Sebenarnya Lesmana tau, bahwa itu adalah suara tipuan raksasa, namun karena Sinta terus mendesaknya akhirnya Lesmana pergi mencari kakanya. Lesmana mengikuti jalan-jalan yang dilalui Rama. Rahwana yang telah menantikan kesempatan itu kemudian mendekati asrama Rama. Ia menyaru menjadi petapa yang mengenakan pakaian kuning jingga bersih. Bibirnya berkomat-kamit mengucapkan syair-syair Weda. Sementara itu, jauh di lubuk hati ia tetap Raksasa yang berhati segelap malam. Seperti yang diperintahkan tradisi, ketika melihat pertapa berpakaian kuning jingga dan membawa tempat minum, Sinta segera mengucapkan salam hormat. Sinta mempersilahkan duduk dan menghidangkan buah-buahan dan umbi-umbian. Akhirnya setelah bercakap-cakap, dengan satu tangan, Rahwana jambak rambut Sinta dan dengan tangan yang lain memondong dan menaikkan Sinta ke atas kereta yang sudah menunggu di balik pohon. Saat dalam perjalanan pulang itu terjadi pertempuran dengan seekor burung tua yang bernama Jatayu yang hendak menolong Sinta. Jatayu dapat mengenali Sinta sebagai puteri dari Janaka yang merupakan teman baiknya, namun dalam pertempuan itu Jatayu dapat dikalahkan Rahwana.
Disaat yang sama Rama terus memburu kijang kencana dan akhirnya Rama berhasil memanahnya, namun kijang itu berubah kembali menjadi raksasa. Dalam wujud sebenarnya Maricha mengadakan perlawanan pada Rama sehingga terjadilah pertempuran antar keduanya, dan pada akhirnya Rama berhasil memanah si raksasa. Pada saat yang bersamaan Lesmana berhasil menemukan Rama dan mereka berdua kembali ke tempat semula dimana Sinta ditinggal sendirian, namun sesampainya Shinta tidak ditemukan. Selanjutnya mereka berdua berusaha mencarinya dan bertemu Jatayu yang luka parah, Dari keterangan Jatayu mereka mengetahui bahwa Sinta diculik oleh Rahwana. Setelah menceritakan semuanya akhirnya si burung garuda ini meninggal.
Dalam pencariannya untuk menemukan Sinta. Ketika masuk hutan, kedua pangeran itu tiba-tiba bertemu dengan raksasa yang sangat besar. Raksasa itu bernama Kabanda. Rama dan Lesmana menebas tangan raksasa itu. Setelah kedua tangannya dibuntungi, raksasa itu tidak berdaya dan mulai bercerita:
“Karena perbuatan-perbuatan jahatku, aku dikutuk Batara Indra untuk menjalani hidup dengan wujud dan nama ini. Aku yakin kalian adalah Rama dan Lesmana. Batara Indra berjanji akan melepaskanku dari kutukan ini setelah berjumpa denganmu dan setelah kedua tanganku kalian buntungi. Sekarang bakarlah tubuhku dengan api.” Akhirnya, Rama dan Lesmana membakarnya. Sebelum pergi, Kabanda berkata kepada Rama, “Kau akan dapatkan Sinta kembali. Pergilah ke pinggir Sungai Pampa yang permai. Mintalah bantuan kepada Sugriwa yang tinggal di Bukit Risyamuka. Setelah diusir dari kerajaan oleh saudaranya, Subali, ia hidup dicekam ketakutan dan bahaya. Jalinlah persahabatan dengannya dank au akan berhasil mencapai tujuanmu. Kemudian, Rama dan Lesmana berangkat menuju Pampa. Di tempat yang permai itu, mereka mengunjungi asrama sanyasini tua, sabari. Pertemuan denagn perempuan suci dan air Sungai pampa itu memberikan kekuatan batin bagi kedua pangeran.
Sugriwa adalah pangeran wanara yang melarikan diri. Bersama dengan para pengikut setianya, dengan was-was ia mengamati Rama dan lesmana yang masuk ke hutan. Ia takut, para kestaria yang memihak Subali datang untuk membunuhnya. Hanoman adalah menteri utama Sugriwa. Dengan menyamar sebagai seorang Brahmana, Hanoman mendekati Rama dan Lesmana. Stelah berbincang-bincang dan menjelaskan maksud kedatangannya, akhirnya mereka sepakat untuk menjadi sahabat sejati. Rama dan Lesmana akan membantu sugriwa membunuh subali, dan Sugriwa akan membantunya mendapatkan Sinta. Singkat cerita, akhirnya Subali berhasil dibunuh oleh Rama. Namun, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Subali menitipkan Anggada anaknya, kerajaannya, dan Tara istinya.
Dari sampati, para wanara tahu Sinta ditawan di tanah bangsa raksasa, seratus yojana melintasi samudra. Wanara menyampaikan pada hanoman, bahwa hanya dia yang dapat membantu Rama. Akhirnya, hanoman pergi ke Alengka. Dia menyamar sebagai kera kecil. Betapa terpesonanya dia ketika melihat kerajaan Alengka.
Taman Argasoka adalah taman kerajaan Alengka tempat dimana Sinta menghabiskan hari-hari penantiannya dijemput kembali oleh sang suami. Karena sudah beberapa kali Rahwana meminta dan ‘memaksa' Sinta menjadi istrinya tetapi ditolak, sampai-sampai para istri Rahwana habis kesabarannya yaitu ingin membunuh Sinta namun dapat dicegah oleh Trijata. Trijata adalah raksasi yang mengingatkan raksasi yang lain agar tidak membunuh sinta. Trijata menceritakan mimpi buruknya secara rici:
“Dalam mimpiku, aku melihat Rama. Ia bersinar terang seperti matahari. Ia datang menjemput Sinta. Rahwana memasuki istana Batara Yama. Rama mengangkat Sinta naik gajah dan membawanya pulang. Aku melihat Rahwana dan semua bangsa Raksasa yang berpakaian kumal penuh debu diseret batara Yama.”
Hanoman duduk bersembunyi di atas pohon. Dari balik dahan, Hanoman mendaraskan dengan suara lembut dan merdu kisah Rama supaya di dengar Sinta. Setelah itu, Hanoman diam sebentar.  Syair yang lembut, membuat hati Sinta berbunga-bunga sekaligus bertanya-tanya. Ia melihat sekeliling, ke atas ke bawah. Sinta melihat putra Batara bayu, menteri raja wanara yang bijaksana, dalam wujud kera kecil. Wajahnya bercahaya seperti matahari terbit. Sinta sebenarnya tidak percaya dengan hanoman, namun hanoman terus bercerita kepada Sinta. Dan untuk menambah kepercayaan Sinta, Hanoman memberikan cincin kepada Sinta.
Dengan gagah berani, Hanoman mencoba untuk menantang perang pasukan Alengka dan Rahwana. Dengan segala kekuatannya, akhirnya kota Alengka dibakar olehnya. Rahwana marah besar dan berniat untuk membunuh Hanoman. Namun, pasukan Rahwana dapat dibunuh oleh Hanoman. Hanoman, Rama, Lesmana, dan pasukan wanara serta Sugriwa berusaha untuk merebut Sinta. Rahwana pergi meminta bantuan Kumbakarna. Karena suatu kutukan, Kumbakarna biasa tidur selan berbulan-bulan. Akhirnya, Kumbakarna berhasil dibangunkan dan bersedia membantu Rahwana. Kumbakarna pun tewas di tangan Rama sendiri. Kematian Kumbakarna membuat Rahwana semakin murka dan sedih. Dengan bantuan Indrajit, pasukan-pasukannya termasuk juga Kumba, Nikumba dan Yupaksa ia mencoba untuk memusnahkan Rama dan kawan-kawannya. Wibisana adik Rahwana, membantu Rama untuk merebut Sinta kembali. Setelah bertarung sengit, Kumba tewas di tangan Sugriwa dan Nikumba di tangan Hanoman. Maharaksa, putra Kara, yang menghadapi Rama, tewas diterjang panah api Rama. Masih banyak lagi senopati perang bala tentara raksasa yang tewas bersimbah darah. Dan akhirnya, Indrajit pun tewas di tangan Lesmana. Rahwana sangat sedih dengan kematian putranya.
Ratap tangis terdengar di setiap rumah di Alengka. Kesedihan, rasa malu, dan amarah campur aduk menggelegak di dada Rahwana seperti laut yang mengamuk. Rahwana dan bala tentaranya maju ke medan laga. Rahwana terus maju menuju medan laga didampingi Wiropaksa, Mahodara, dan Mahaparswa. Para raksasa yang menemani Rahwana langsung bertumbangan disambut hujan panah dan batu mematikan. Rahwana bertarung sengit dengan Rama. Dalam pertarungannya, Rahwana tidak dapat dimatikan. Akhirnya, Rama pun segera mengucapkan mantra seraya melontarkan panah Bramastra. Meskipun sepuluh kepala Rahwana berulang kali bunting, kepala-kepala itu tumbuh kembali. Kesaktian Rahwana membingungkan Rama. Brahmastra, yang memancarkan bara api, melesat dan menerjang dada Rahwana, Brahmastra menerjang persis pada bagian yang menyimpan rahasia kesaktian Rahwana, bagian rahasia itu remuk seketika. Busur meluncur jatuh dari jari-jemari rahwana dan raksasa sakti tersebut akhirnya tumbang dan terjatuh dari kereta; tersungkur di tanah. Kematian Rahwana membuat hati Wibisana sedih. Rahwana, kakak kandungnya akhirnya tewas di tangan Rama.
Singkat cerita setelah kematian Rahwana, Wibisana dinobatkan menjadi raja Alengkan dengan upacara yang megah. Namun, keraguan merasuki hati Rama, dia meragukan kesucian Sinta. Sinta sangat kecewa dengan tuduhan Rama. Kemudian, Sinta menyuruh Lesmana untuk membuat api unggun yang besar untuknya. Seperti yang diperintahkan Sinta, Lesmana membuat api unggun besar. Kemudian, dengan mata menatap lurus ke tanah, berjalan mengelilingi suaminya. Akhirnya, ia meloncat ke dalam kobaran api. Dan ajaib! Di sela-sela kobaran api muncul para penghuni kahyangan. Para dewa datang dan bersama-sama di sana.
Batara agni, Dewa Api, muncul di antara kobaran api dan memondong Sinta. Seluruh pakaian serta perhiasan yang dikenakan Sinta sama sekali tak terbakar dan utuh. Kemudian, ia serahkan Sinta kepada Rama. Akhirnya, Rama dan Sinta hidup bahagian bersama dan Rama dinobatkan menjadi Raja di Ayodya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates