A.
Ramayana
Ramayana dari bahasa Sansekerta (रामायण) Rāmâyaṇa yang berasal dari kata
Rāma dan Ayaṇa yang berarti "Perjalanan Rama", adalah sebuah
cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Cerita
epos lainnya adalah Mahabharata. Ramayana terdapat
pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan
gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin
ini. Dalam bahasa Melayu
didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana
dalam bahasa Jawa kuna. Di India
dalam bahasa Sansekerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab.
Dalam buku Ramayana karangan C. Rajagopalachari ini
dikisahkan secara runtut perjalanan Rama dan Sinta. Disini, cerita dikemas
dengan bahasa yang indah dan mudah dimengerti, sehingga pembaca akan lebih
mudah dan akan dibawa kedunia imajinasi.
B.
Ringkasan Cerita Ramayana
Raja
Dasarata memimpin kerajaan dari ibu kota Ayodya. Ia tegakkan nilai-nilai yang
diajarkan para dewa. Kemasyhurannya tersebar di ketiga dunia. Ia setara dengan Batara Indra dan
Kubera. Dasarata mempunyai tiga istri, yaitu Kaekayi, Sumitra, dan Kausalya.
Namun, sampai saat ini Dasarata belum mempunyai putera. Maka, untuk mendapatkan
seorang putra, Dasarata melakukan upacara persembahan kuda. Dasarata diberikan
minuman para dewa, lalu ketiga akhirnya mengandung. Seiring berjalannya waktu,
putra-putra Dasarata lahir. Dewi Kausalya melahirkan Rama. Kaekayi melahirkan
Bharata. Sumitra melahirkan putra kembar, Lesmana dan Satruguna.
Suatu
ketika, Wismamitra datang ke Ayodya untuk meminta kepada Dasarata agar kedua
anaknya Rama dan Lesmana ikut membantunya untuk menumpas dua raksasa perkasa
yaitu Maricha dan Subahu. Dengan perdebatan sengit akhirnya Dasarata memberikan
izin kepada Rama dan Lesmana untuk pergi bersama Wismamitra.Dalam kisah
perjalanannya, akhirnya Rama dan Lesmana dapat membunuh raksasa-raksasa jahat.
Di
sebuah negeri bernama Mantili ada seorang putri nan cantik jelita bernama Dewi
Sinta. Dia seorang putri raja negeri Mantili yaitu Prabu Janaka. Suatu hari
sang Prabu mengadakan sayembara untuk mendapatkan sang Pangeran bagi puteri
tercintanya yaitu Sinta, dan akhirnya sayembara itu dimenangkan oleh Putera
Mahkota Kerajaan Ayodya, yang bernama Raden Rama Wijaya. Ketika Rama akan
dinobatkan menjadi Raja kerajaan Ayodya oleh ayahandanya bernama Dasarata,
ibunya Kaekayi tidak menyetujuinya. Kaekayi dihasut oleh Mantara agar anaknya
Bharata yang menjadi raja. Kaekayi meminta kepada Dasarata untuk mengasingkan
Rama selama 14 tahun di hutan. Mendengar permohonan permaisurinya itu Dasarata
sangat kaget dan tidak menerima kenyataan ini. Dia, teringat dulu dia pernah
membunuh seorang anak yang tak berdosa, kedua orang tuanya tidak terima dan
menyumpahi Dasarata, bahwa suatu saat nanti dia juga akan merasakan apa yang
mereka rasakan, Dasarata akan kehilangan anak yang paling dia cintai.
Akhirnya,
Rama, Sinta, dan Lesmana memenuhi permintaan ibu tirinya yaitu kaekayi untuk
mengasingkan diri di hutan. Kepergian Rama, Lesmana dan Sinta membuat Dasarata
merasakan kesengsaraan yang begitu dalam. Karena sayangnya dengan Rama, dan dia
tidak dapat menerima kenyataan pahit ini, akhirnya Dasarata meninggal dunia.
Bharata,
anak Kaekayi dinobatkan sebagai pengganti Dasarata. Namun, dalam kisah ini,
diceritakan bahwa sebenarnya Bharata tidak mau menerima kedudukan sebagai Raja.
Bharata sadar bahwa Rama lah yang berhak atas kedudukan itu. Bharata akhirnya
mencari Rama dan membujuknya untuk kembali ke Ayodya, namun, Rama tidak mau,
dan memberikan amanah raja kepada Bharata.
Pada
awal musim dingin,di asrama kediamannya, Rama, Sinta, dan Lesmana bertemu
dengan Surpanaka. Surpanaka adalah seorang raksasa yang merupakan saudara
perempuan Rahwana. Saat itu Sarpakenaka tertarik dengan ketampanan Rama, dan
dia menggodanya, namun Rama tetap setia dengan Sinta. Lalu, Surpanaka menggoda
Lesmana, yaitu adik Rama, namun hidung Surpanaka justru dipotong Lesmana.
Karena tidak terima,Surpanaka mengadu kepada Rahwana yaitu kakaknya. Nafsu
angkara yang membakar hati Surpanaka adalah membalas dendam dengan
mempermalukan Sinta. Untuk memancing Rahwana, ia gambarkan Sinta dengan cara
sedemikian rupa sehingga kakaknya itu terpikat dan terbakar nafsu untuk
memiliki. Rahwana meminta bantuan Maricha untuk dapat mendapatkan Sinta. Rahwana
menculik Sinta untuk dibawa ke istananya dan dijadikan istri, dengan siasatnya
Rahwana mengubah seorang hambanya bernama Maricha menjadi seekor kijang
kencana. Dengan tujuan memancing Rama pergi memburu kijang ‘jadi-jadian' itu,
karena Sinta menginginkannya. Dan memang benar setelah melihat keelokan kijang
tersebut, Sinta meminta Rama untuk menangkapnya. Karena permintaan sang istri
tercinta maka Rama berusaha mengejar kijang seorang diri sedang Shinta dan
Lesmana menunggui.
Setelah
cukup lama ditinggal berburu, Sinta mulai mencemaskan Rama, saat itu ada
terdengar suara teriakan Rama. “Aduh, aduh! Oh, Sinta, Oh Lesmana!” demikianlah
seru Maricha menirukan suara Rama. Karena khawatir, akhirnya Sinta meminta
Lesmana untuk mencari Rama. Sebenarnya Lesmana tau, bahwa itu adalah suara
tipuan raksasa, namun karena Sinta terus mendesaknya akhirnya Lesmana pergi
mencari kakanya. Lesmana mengikuti jalan-jalan yang dilalui Rama. Rahwana yang
telah menantikan kesempatan itu kemudian mendekati asrama Rama. Ia menyaru
menjadi petapa yang mengenakan pakaian kuning jingga bersih. Bibirnya
berkomat-kamit mengucapkan syair-syair Weda. Sementara itu, jauh di lubuk hati
ia tetap Raksasa yang berhati segelap malam. Seperti yang diperintahkan
tradisi, ketika melihat pertapa berpakaian kuning jingga dan membawa tempat
minum, Sinta segera mengucapkan salam hormat. Sinta mempersilahkan duduk dan
menghidangkan buah-buahan dan umbi-umbian. Akhirnya setelah bercakap-cakap,
dengan satu tangan, Rahwana jambak rambut Sinta dan dengan tangan yang lain
memondong dan menaikkan Sinta ke atas kereta yang sudah menunggu di balik
pohon. Saat dalam perjalanan pulang itu terjadi pertempuran dengan seekor
burung tua yang bernama Jatayu yang hendak menolong Sinta. Jatayu dapat
mengenali Sinta sebagai puteri dari Janaka yang merupakan teman baiknya, namun
dalam pertempuan itu Jatayu dapat dikalahkan Rahwana.
Disaat
yang sama Rama terus memburu kijang kencana dan akhirnya Rama berhasil
memanahnya, namun kijang itu berubah kembali menjadi raksasa. Dalam wujud
sebenarnya Maricha mengadakan perlawanan pada Rama sehingga terjadilah
pertempuran antar keduanya, dan pada akhirnya Rama berhasil memanah si raksasa.
Pada saat yang bersamaan Lesmana berhasil menemukan Rama dan mereka berdua kembali
ke tempat semula dimana Sinta ditinggal sendirian, namun sesampainya Shinta
tidak ditemukan. Selanjutnya mereka berdua berusaha mencarinya dan bertemu
Jatayu yang luka parah, Dari keterangan Jatayu mereka mengetahui bahwa Sinta
diculik oleh Rahwana. Setelah menceritakan semuanya akhirnya si burung garuda
ini meninggal.
Dalam
pencariannya untuk menemukan Sinta. Ketika masuk hutan, kedua pangeran itu
tiba-tiba bertemu dengan raksasa yang sangat besar. Raksasa itu bernama Kabanda.
Rama dan Lesmana menebas tangan raksasa itu. Setelah kedua tangannya
dibuntungi, raksasa itu tidak berdaya dan mulai bercerita:
“Karena
perbuatan-perbuatan jahatku, aku dikutuk Batara Indra untuk menjalani hidup
dengan wujud dan nama ini. Aku yakin kalian adalah Rama dan Lesmana. Batara
Indra berjanji akan melepaskanku dari kutukan ini setelah berjumpa denganmu dan
setelah kedua tanganku kalian buntungi. Sekarang bakarlah tubuhku dengan api.”
Akhirnya, Rama dan Lesmana membakarnya. Sebelum pergi, Kabanda berkata kepada
Rama, “Kau akan dapatkan Sinta kembali. Pergilah ke pinggir Sungai Pampa yang
permai. Mintalah bantuan kepada Sugriwa yang tinggal di Bukit Risyamuka.
Setelah diusir dari kerajaan oleh saudaranya, Subali, ia hidup dicekam
ketakutan dan bahaya. Jalinlah persahabatan dengannya dank au akan berhasil
mencapai tujuanmu. Kemudian, Rama dan Lesmana berangkat menuju Pampa. Di tempat
yang permai itu, mereka mengunjungi asrama sanyasini tua, sabari. Pertemuan
denagn perempuan suci dan air Sungai pampa itu memberikan kekuatan batin bagi
kedua pangeran.
Sugriwa
adalah pangeran wanara yang melarikan diri. Bersama dengan para pengikut
setianya, dengan was-was ia mengamati Rama dan lesmana yang masuk ke hutan. Ia
takut, para kestaria yang memihak Subali datang untuk membunuhnya. Hanoman
adalah menteri utama Sugriwa. Dengan menyamar sebagai seorang Brahmana, Hanoman
mendekati Rama dan Lesmana. Stelah berbincang-bincang dan menjelaskan maksud
kedatangannya, akhirnya mereka sepakat untuk menjadi sahabat sejati. Rama dan
Lesmana akan membantu sugriwa membunuh subali, dan Sugriwa akan membantunya
mendapatkan Sinta. Singkat cerita, akhirnya Subali berhasil dibunuh oleh Rama.
Namun, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Subali menitipkan Anggada anaknya,
kerajaannya, dan Tara istinya.
Dari
sampati, para wanara tahu Sinta ditawan di tanah bangsa raksasa, seratus yojana
melintasi samudra. Wanara menyampaikan pada hanoman, bahwa hanya dia yang dapat
membantu Rama. Akhirnya, hanoman pergi ke Alengka. Dia menyamar sebagai kera
kecil. Betapa terpesonanya dia ketika melihat kerajaan Alengka.
Taman
Argasoka adalah taman kerajaan Alengka tempat dimana Sinta menghabiskan
hari-hari penantiannya dijemput kembali oleh sang suami. Karena sudah beberapa
kali Rahwana meminta dan ‘memaksa' Sinta menjadi istrinya tetapi ditolak,
sampai-sampai para istri Rahwana habis kesabarannya yaitu ingin membunuh Sinta
namun dapat dicegah oleh Trijata. Trijata adalah raksasi yang mengingatkan
raksasi yang lain agar tidak membunuh sinta. Trijata menceritakan mimpi
buruknya secara rici:
“Dalam
mimpiku, aku melihat Rama. Ia bersinar terang seperti matahari. Ia datang
menjemput Sinta. Rahwana memasuki istana Batara Yama. Rama mengangkat Sinta
naik gajah dan membawanya pulang. Aku melihat Rahwana dan semua bangsa Raksasa
yang berpakaian kumal penuh debu diseret batara Yama.”
Hanoman
duduk bersembunyi di atas pohon. Dari balik dahan, Hanoman mendaraskan dengan
suara lembut dan merdu kisah Rama supaya di dengar Sinta. Setelah itu, Hanoman
diam sebentar. Syair yang lembut,
membuat hati Sinta berbunga-bunga sekaligus bertanya-tanya. Ia melihat
sekeliling, ke atas ke bawah. Sinta melihat putra Batara bayu, menteri raja
wanara yang bijaksana, dalam wujud kera kecil. Wajahnya bercahaya seperti
matahari terbit. Sinta sebenarnya tidak percaya dengan hanoman, namun hanoman
terus bercerita kepada Sinta. Dan untuk menambah kepercayaan Sinta, Hanoman
memberikan cincin kepada Sinta.
Dengan
gagah berani, Hanoman mencoba untuk menantang perang pasukan Alengka dan Rahwana.
Dengan segala kekuatannya, akhirnya kota Alengka dibakar olehnya. Rahwana marah
besar dan berniat untuk membunuh Hanoman. Namun, pasukan Rahwana dapat dibunuh
oleh Hanoman. Hanoman, Rama, Lesmana, dan pasukan wanara serta Sugriwa berusaha
untuk merebut Sinta. Rahwana pergi meminta bantuan Kumbakarna. Karena suatu
kutukan, Kumbakarna biasa tidur selan berbulan-bulan. Akhirnya, Kumbakarna
berhasil dibangunkan dan bersedia membantu Rahwana. Kumbakarna pun tewas di
tangan Rama sendiri. Kematian Kumbakarna membuat Rahwana semakin murka dan
sedih. Dengan bantuan Indrajit, pasukan-pasukannya termasuk juga Kumba, Nikumba
dan Yupaksa ia mencoba untuk memusnahkan Rama dan kawan-kawannya. Wibisana adik
Rahwana, membantu Rama untuk merebut Sinta kembali. Setelah bertarung sengit,
Kumba tewas di tangan Sugriwa dan Nikumba di tangan Hanoman. Maharaksa, putra
Kara, yang menghadapi Rama, tewas diterjang panah api Rama. Masih banyak lagi
senopati perang bala tentara raksasa yang tewas bersimbah darah. Dan akhirnya, Indrajit
pun tewas di tangan Lesmana. Rahwana sangat sedih dengan kematian putranya.
Ratap
tangis terdengar di setiap rumah di Alengka. Kesedihan, rasa malu, dan amarah
campur aduk menggelegak di dada Rahwana seperti laut yang mengamuk. Rahwana dan
bala tentaranya maju ke medan laga. Rahwana terus maju menuju medan laga
didampingi Wiropaksa, Mahodara, dan Mahaparswa. Para raksasa yang menemani
Rahwana langsung bertumbangan disambut hujan panah dan batu mematikan. Rahwana
bertarung sengit dengan Rama. Dalam pertarungannya, Rahwana tidak dapat
dimatikan. Akhirnya, Rama pun segera mengucapkan mantra seraya melontarkan
panah Bramastra. Meskipun sepuluh kepala Rahwana berulang kali bunting,
kepala-kepala itu tumbuh kembali. Kesaktian Rahwana membingungkan Rama. Brahmastra,
yang memancarkan bara api, melesat dan menerjang dada Rahwana, Brahmastra
menerjang persis pada bagian yang menyimpan rahasia kesaktian Rahwana, bagian
rahasia itu remuk seketika. Busur meluncur jatuh dari jari-jemari rahwana dan
raksasa sakti tersebut akhirnya tumbang dan terjatuh dari kereta; tersungkur di
tanah. Kematian Rahwana membuat hati Wibisana sedih. Rahwana, kakak kandungnya
akhirnya tewas di tangan Rama.
Singkat
cerita setelah kematian Rahwana, Wibisana dinobatkan menjadi raja Alengkan
dengan upacara yang megah. Namun, keraguan merasuki hati Rama, dia meragukan
kesucian Sinta. Sinta sangat kecewa dengan tuduhan Rama. Kemudian, Sinta
menyuruh Lesmana untuk membuat api unggun yang besar untuknya. Seperti yang
diperintahkan Sinta, Lesmana membuat api unggun besar. Kemudian, dengan mata
menatap lurus ke tanah, berjalan mengelilingi suaminya. Akhirnya, ia meloncat
ke dalam kobaran api. Dan ajaib! Di sela-sela kobaran api muncul para penghuni
kahyangan. Para dewa datang dan bersama-sama di sana.
Batara
agni, Dewa Api, muncul di antara kobaran api dan memondong Sinta. Seluruh
pakaian serta perhiasan yang dikenakan Sinta sama sekali tak terbakar dan utuh.
Kemudian, ia serahkan Sinta kepada Rama. Akhirnya, Rama dan Sinta hidup
bahagian bersama dan Rama dinobatkan menjadi Raja di Ayodya.
0 komentar:
Posting Komentar