HASTA DASA PARATEMING PRAMU


NENEK moyang bangsa di Nusantara ini mempunyai beberapa pegangan untuk dipergunakan di dalam memimpin masyarakatnya. Kebanyakan sudah terkristalisasi dalam berbagai bentuk tembang dan juga nasihat luhur. Di antara yang paling menonjol adalah pegangan yang dipergunakan oleh Mahapatih Gajahmada ketika memimpin Majapahit.
Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu atau 18 ilmu kepemimpinan. Pitutur luhur ini pernah diterapkan Maha Patih Gajah Mada pada zaman keemasan Kerajaan Majapahit di bumi Nusantara ini. Seperti juga digelar di dalam Istana Jawa Org, ke-18 prinsip-prinsip kepemimpinan tersebut permulaannya disebut Wijaya. Artinya pemimpin harus mempunyai jiwa tenang, sabar dan bijaksana serta tidak lekas panik dalam menghadapi berbagai macam persoalan. Hanya dengan jiwa yang tenang masalah akan dapat dipecahkan.
Yang kedua Mantriwira; Artinya pemimpin harus berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa terpengaruh tekanan dari pihak manapun.
Ketiga Natangguan; Artinya pemimpin harus mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggung jawab dan kehormatan.
Keempat Satya Bhakti Prabhu; Pemimpin harus memiliki loyalitas kepada kepentingan yang lebih tinggi dan bertindak dengan penuh kesetiaan demi nusa dan bangsa.
Kelima Wagmiwak; Pemimpin harus mempunyai kemampuan mengutarakan pendapatnya, pandai berbicara dengan tutur kata yang tertib dan sopan serta mampu menggugah semangat masyarakatnya.
Keenam Wicaksaneng Naya; Artinya pemimpin harus pandai berdiplomasi dan pandai mengatur strategi dan siasat.
Ketujuh Sarjawa Upasama; Artinya seorang pemimpin harus rendah hati, tidak boleh sombong, congkak, mentang-mentang jadi pemimpin dan tidak sok berkuasa.
Kedelapan Dhirotsaha ; Artinya pemimpin harus rajin dan tekun bekerja, memusatkan rasa, cipta, karsa dan karyanya untuk mengabdi kepada kepentingan umum.
Kesembilan Tan Satrsna ; Maksudnya seorang pemimpin tidak boleh pilih kasih terhadap salah satu golongan, tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga dengan demikian akan mampu mempersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk menyukseskan cita-cita bersama.
Kesepuluh Masihi Samasta Bhuwana; Maksudnya seorang pemimpin mencintai alam semesta dengan melestarikan lingkungan hidup sebagai karunia Tuhan dan mengelola sumber daya alam dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat.
Kesebelas Sih Samasta Bhuwana; Maksudnya seorang pemimpin dicintai oleh segenap lapisan masyarakat dan sebaliknya pemimpin mencintai rakyatnya.
Keduabelas Negara Gineng Pratijna; Maksudnya seorang pemimpin senantiasa mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan, maupun keluarganya.
Ketigabelas Dibyacitta ; Maksudnya seorang pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima pendapat orang lain atau bawahannya (akomodatif dan aspiratif).
Keempatbelas Sumantri ; Maksudnya seorang pemimpin harus tegas, jujur, bersih dan berwibawa.
Kelimabelas Nayaken Musuh ; Maksudnya dapat menguasai musuh-musuh, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, termasuk juga yang ada di dalam dirinya sendiri.
Keenambelas Ambek Parama Artha; Maksudnya pemimpin harus pandai menentukan prioritas atau mengutamakan hal-hal yang lebih penting bagi kesejahteraan dan kepentingan umum.
Ketujubelas Waspada Purwa Artha; pemimpin selalu waspada dan mau melakukan mawas diri (introspeksi) untuk melakukan perbaikan.
Kedelapan belas Prasaja :Artinya seorang pemimpin supaya berpola hidup sederhana (Aparigraha), tidak berfoya-foya atau serba gemerlap.
Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu: sebagai pegangan atau merupakan ajaran Maha Patih Gajah Mada
=========================================================

0 komentar:

Posting Komentar

Ajining Diri Saka Budi Pekerti lan Kendhaling Lathi

Minggu, 12 Januari 2014

HASTA DASA PARATEMING PRAMU


NENEK moyang bangsa di Nusantara ini mempunyai beberapa pegangan untuk dipergunakan di dalam memimpin masyarakatnya. Kebanyakan sudah terkristalisasi dalam berbagai bentuk tembang dan juga nasihat luhur. Di antara yang paling menonjol adalah pegangan yang dipergunakan oleh Mahapatih Gajahmada ketika memimpin Majapahit.
Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu atau 18 ilmu kepemimpinan. Pitutur luhur ini pernah diterapkan Maha Patih Gajah Mada pada zaman keemasan Kerajaan Majapahit di bumi Nusantara ini. Seperti juga digelar di dalam Istana Jawa Org, ke-18 prinsip-prinsip kepemimpinan tersebut permulaannya disebut Wijaya. Artinya pemimpin harus mempunyai jiwa tenang, sabar dan bijaksana serta tidak lekas panik dalam menghadapi berbagai macam persoalan. Hanya dengan jiwa yang tenang masalah akan dapat dipecahkan.
Yang kedua Mantriwira; Artinya pemimpin harus berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa terpengaruh tekanan dari pihak manapun.
Ketiga Natangguan; Artinya pemimpin harus mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggung jawab dan kehormatan.
Keempat Satya Bhakti Prabhu; Pemimpin harus memiliki loyalitas kepada kepentingan yang lebih tinggi dan bertindak dengan penuh kesetiaan demi nusa dan bangsa.
Kelima Wagmiwak; Pemimpin harus mempunyai kemampuan mengutarakan pendapatnya, pandai berbicara dengan tutur kata yang tertib dan sopan serta mampu menggugah semangat masyarakatnya.
Keenam Wicaksaneng Naya; Artinya pemimpin harus pandai berdiplomasi dan pandai mengatur strategi dan siasat.
Ketujuh Sarjawa Upasama; Artinya seorang pemimpin harus rendah hati, tidak boleh sombong, congkak, mentang-mentang jadi pemimpin dan tidak sok berkuasa.
Kedelapan Dhirotsaha ; Artinya pemimpin harus rajin dan tekun bekerja, memusatkan rasa, cipta, karsa dan karyanya untuk mengabdi kepada kepentingan umum.
Kesembilan Tan Satrsna ; Maksudnya seorang pemimpin tidak boleh pilih kasih terhadap salah satu golongan, tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga dengan demikian akan mampu mempersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk menyukseskan cita-cita bersama.
Kesepuluh Masihi Samasta Bhuwana; Maksudnya seorang pemimpin mencintai alam semesta dengan melestarikan lingkungan hidup sebagai karunia Tuhan dan mengelola sumber daya alam dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat.
Kesebelas Sih Samasta Bhuwana; Maksudnya seorang pemimpin dicintai oleh segenap lapisan masyarakat dan sebaliknya pemimpin mencintai rakyatnya.
Keduabelas Negara Gineng Pratijna; Maksudnya seorang pemimpin senantiasa mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan, maupun keluarganya.
Ketigabelas Dibyacitta ; Maksudnya seorang pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima pendapat orang lain atau bawahannya (akomodatif dan aspiratif).
Keempatbelas Sumantri ; Maksudnya seorang pemimpin harus tegas, jujur, bersih dan berwibawa.
Kelimabelas Nayaken Musuh ; Maksudnya dapat menguasai musuh-musuh, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, termasuk juga yang ada di dalam dirinya sendiri.
Keenambelas Ambek Parama Artha; Maksudnya pemimpin harus pandai menentukan prioritas atau mengutamakan hal-hal yang lebih penting bagi kesejahteraan dan kepentingan umum.
Ketujubelas Waspada Purwa Artha; pemimpin selalu waspada dan mau melakukan mawas diri (introspeksi) untuk melakukan perbaikan.
Kedelapan belas Prasaja :Artinya seorang pemimpin supaya berpola hidup sederhana (Aparigraha), tidak berfoya-foya atau serba gemerlap.
Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu: sebagai pegangan atau merupakan ajaran Maha Patih Gajah Mada
=========================================================

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates