Drama Basa Jawa XII-A3

 BUKAN KUTUKAN IBU KANDUNG

Penanggung Jawab : Tiur Wulan Anggraeni

Sutradara                   : Tiur Wulan Anggraeni

Ide Cerita                   : 1. Nanda Mega F
                                         2. Mutiara Avista C.D.L
                                         3. Pramesti Bintang M.
                                         4. Tiur Wulan  A.
                                         5. Donnie Koes N.

Naskah Drama          : Tiur Wulan A
Bendahara                 : Yustina Wulandari

Tata Musik                 : 1. Pramesti  Bintang M.
                                         2. Dinda Rachma A
                                         3. Damar Jatikumoro P.

Tata Panggung        : 1. Fitri K.
Dan Dekorasi              2. Ika Ayu
                                         3. Septi Ratnasari
                                         4. Esti Ardianti
                                         5. Nur Hidayanti
                                         6. Siti Nur K.

Tata Busana              : 1. Mutiara A.C.D.L
                                        2. Nanda Mega F.
                                        3. Astri Budhi S.
                                        4. Zumala Anis

Sie ICT                       : 1. Donnie Koes N
                                        2. Damar Jatikumoro P.
                                        3. Mutiara A.C.D.L

Sie Perlengkapan   :  1. Fitri K.
                                        2. Astri Budhi S.
                                        3. Ika Ayu

Sie Konsumsi         :   1. Septi Ratnasari
                                        2. Yustina Wulandari
                                                                                                        3. Yuliana Fajrin


Pada suatu hari, disebuah tempat yang amat jauh dari perkotaan tepatnya didusun Mbeketel Kecamatan Kluwuk Deso Kabupaten Pati. Sepasang pengantin cina baru berpindah dari kota ketempat itu untuk menenangkan diri dari bisingnya kota Yogyakarta. Mereka bernama Oeng Liong Seok dan istrinya Li Ting Tung. Mereka tinggal dalam lingkungan yang amat sepi di desa tersebut dan membangun sebuah rumah yang teramat besar untuk ditinggali. Di lingkungan itu sangat terlihat adanya kesenjangan sosial. Diantara rumah-rumah bilik hanya rumah merekalah yang terbuat dari beton layaknya keraton.
                Belum lama tinggal disana Li Ting Tung hamil, dan Oeng Liong Seok pun merasa sangat bahagia. Pada suatu sore tetangganya yang bernama Bu Ratni dan putrinya Nur bermaksud memberikan hasil panenya kepada Li Ting Tung dengan maksud sebagai ucapan selamat datang dan selamat bertetangga. Namun maksud baik Bu Ratni malahan mendapat kecaman pedas dari Li Ting Tung calon ibu muda itu. Nur anaknya dibilang “Ndeso” dan ketela yang dibawakan untuknya ditolak dengan sangat tidak pantas. Mendengar perkataan Li Ting Tung yang sangat menghina, Bu Ratni merasa tidak terima anaknya direndahkan seperti itu. Tanpa pikir panjang, Bu Ratni melontarkan sebuah sumpah yang nantinya menjadi kenyataan dan sangat memburuk untuk kehidupan jabang bayi Li Ting Tung kelak.
                8,5 bulan kemudian, bayi yang dikandung Li Ting Tung pun lahir dengan sehat, normal dan sangat cantik. Mereka memanggilnya  La Ling Lung, yang kemudian akrab dipanggil Lala. Oeng Liong Seok dan istrinya merasa sangat bahagia dengan kelahiran anak pertamanya. Namun, selang beberapa bulan kemudian, anak mereka lama kelamaan terlihat sangat berbeda dari biasanya. Di pagi hingga sore hari setelah ia bangun dari tidurnya ia terlihat sangat cantik, namun ketika senja terbenam Lala terlihat jelek dan sangat berbeda ketika siang hari. Hal itu membuat Oeng Liong Seok dan istrinya Li Ting Tung bingung. Tak lama berpikir, Oeng Liong Seok ingat ucapan Bu Ratni Tetangganya yang dulu telah bersumpah untuk jabang bayi yang dulu dikandung istrinya. Istrinya pun segera menyadari, Li Ting Tung tak berfikir bahwa Ucapan Bu Ratni tempo dulu berakibat nyata untuk anaknya. Namun karena ke angkuhan dan kegengsian Li Ting Tung, ia tidak mau meminta maaf apalagi datang kerumah Bu Ratni.
                Waktu pun berlalu, La Ling Lung tumbuh semakin besar dengan ketidak pastian wujudnya ketika terik  dan petang. Lala hanya berani keluar rumah ketika siang hari saja dengan wajah cantiknya, sedangkan di malam hari, ia mengurung diri dirumah dengan menikmati kekayaan ayahnya. Hingga umur 20 tahun, Lala belum juga berpacaran. Kemudian ayahnya pun mengadakan sayembara yang diadakan pada siang hari ketika Lala terlihat sangat cantik. Singkat cerita, Doni seorang pemuda apa adanya diterima untuk menjadi calon mantu cina kaya raya.
                Akan tetapi, permasalahan tidak berhenti sampai disini. Doni yang merasa sangat girang telah akan menjadi suami seorang yang cantik, malahan setelah menikah lala tetap akan pada wujudnya pada malam hari yaitu tidak secantik siangnya. Pasangan baru ini pun merasa sangat gagu pada malam pengantinya dan karena depresi akan kenyataan ini doni memutuskan untuk berbuat jahat. Dengan membunuh Ayah mertuanya , Ibu mertua dan Lala. Dengan tujuan untuk mengambil harta keluarganya. 1 tahun menikmati harta, Doni meninggal karena kecelakaan pesawat. TAMAT  
  
untuk naskah secara utuh, silahkan bisa tinggalkan komentar :)
 

0 komentar:

Posting Komentar

Ajining Diri Saka Budi Pekerti lan Kendhaling Lathi

Minggu, 12 Januari 2014

Drama Basa Jawa XII-A3

 BUKAN KUTUKAN IBU KANDUNG

Penanggung Jawab : Tiur Wulan Anggraeni

Sutradara                   : Tiur Wulan Anggraeni

Ide Cerita                   : 1. Nanda Mega F
                                         2. Mutiara Avista C.D.L
                                         3. Pramesti Bintang M.
                                         4. Tiur Wulan  A.
                                         5. Donnie Koes N.

Naskah Drama          : Tiur Wulan A
Bendahara                 : Yustina Wulandari

Tata Musik                 : 1. Pramesti  Bintang M.
                                         2. Dinda Rachma A
                                         3. Damar Jatikumoro P.

Tata Panggung        : 1. Fitri K.
Dan Dekorasi              2. Ika Ayu
                                         3. Septi Ratnasari
                                         4. Esti Ardianti
                                         5. Nur Hidayanti
                                         6. Siti Nur K.

Tata Busana              : 1. Mutiara A.C.D.L
                                        2. Nanda Mega F.
                                        3. Astri Budhi S.
                                        4. Zumala Anis

Sie ICT                       : 1. Donnie Koes N
                                        2. Damar Jatikumoro P.
                                        3. Mutiara A.C.D.L

Sie Perlengkapan   :  1. Fitri K.
                                        2. Astri Budhi S.
                                        3. Ika Ayu

Sie Konsumsi         :   1. Septi Ratnasari
                                        2. Yustina Wulandari
                                                                                                        3. Yuliana Fajrin


Pada suatu hari, disebuah tempat yang amat jauh dari perkotaan tepatnya didusun Mbeketel Kecamatan Kluwuk Deso Kabupaten Pati. Sepasang pengantin cina baru berpindah dari kota ketempat itu untuk menenangkan diri dari bisingnya kota Yogyakarta. Mereka bernama Oeng Liong Seok dan istrinya Li Ting Tung. Mereka tinggal dalam lingkungan yang amat sepi di desa tersebut dan membangun sebuah rumah yang teramat besar untuk ditinggali. Di lingkungan itu sangat terlihat adanya kesenjangan sosial. Diantara rumah-rumah bilik hanya rumah merekalah yang terbuat dari beton layaknya keraton.
                Belum lama tinggal disana Li Ting Tung hamil, dan Oeng Liong Seok pun merasa sangat bahagia. Pada suatu sore tetangganya yang bernama Bu Ratni dan putrinya Nur bermaksud memberikan hasil panenya kepada Li Ting Tung dengan maksud sebagai ucapan selamat datang dan selamat bertetangga. Namun maksud baik Bu Ratni malahan mendapat kecaman pedas dari Li Ting Tung calon ibu muda itu. Nur anaknya dibilang “Ndeso” dan ketela yang dibawakan untuknya ditolak dengan sangat tidak pantas. Mendengar perkataan Li Ting Tung yang sangat menghina, Bu Ratni merasa tidak terima anaknya direndahkan seperti itu. Tanpa pikir panjang, Bu Ratni melontarkan sebuah sumpah yang nantinya menjadi kenyataan dan sangat memburuk untuk kehidupan jabang bayi Li Ting Tung kelak.
                8,5 bulan kemudian, bayi yang dikandung Li Ting Tung pun lahir dengan sehat, normal dan sangat cantik. Mereka memanggilnya  La Ling Lung, yang kemudian akrab dipanggil Lala. Oeng Liong Seok dan istrinya merasa sangat bahagia dengan kelahiran anak pertamanya. Namun, selang beberapa bulan kemudian, anak mereka lama kelamaan terlihat sangat berbeda dari biasanya. Di pagi hingga sore hari setelah ia bangun dari tidurnya ia terlihat sangat cantik, namun ketika senja terbenam Lala terlihat jelek dan sangat berbeda ketika siang hari. Hal itu membuat Oeng Liong Seok dan istrinya Li Ting Tung bingung. Tak lama berpikir, Oeng Liong Seok ingat ucapan Bu Ratni Tetangganya yang dulu telah bersumpah untuk jabang bayi yang dulu dikandung istrinya. Istrinya pun segera menyadari, Li Ting Tung tak berfikir bahwa Ucapan Bu Ratni tempo dulu berakibat nyata untuk anaknya. Namun karena ke angkuhan dan kegengsian Li Ting Tung, ia tidak mau meminta maaf apalagi datang kerumah Bu Ratni.
                Waktu pun berlalu, La Ling Lung tumbuh semakin besar dengan ketidak pastian wujudnya ketika terik  dan petang. Lala hanya berani keluar rumah ketika siang hari saja dengan wajah cantiknya, sedangkan di malam hari, ia mengurung diri dirumah dengan menikmati kekayaan ayahnya. Hingga umur 20 tahun, Lala belum juga berpacaran. Kemudian ayahnya pun mengadakan sayembara yang diadakan pada siang hari ketika Lala terlihat sangat cantik. Singkat cerita, Doni seorang pemuda apa adanya diterima untuk menjadi calon mantu cina kaya raya.
                Akan tetapi, permasalahan tidak berhenti sampai disini. Doni yang merasa sangat girang telah akan menjadi suami seorang yang cantik, malahan setelah menikah lala tetap akan pada wujudnya pada malam hari yaitu tidak secantik siangnya. Pasangan baru ini pun merasa sangat gagu pada malam pengantinya dan karena depresi akan kenyataan ini doni memutuskan untuk berbuat jahat. Dengan membunuh Ayah mertuanya , Ibu mertua dan Lala. Dengan tujuan untuk mengambil harta keluarganya. 1 tahun menikmati harta, Doni meninggal karena kecelakaan pesawat. TAMAT  
  
untuk naskah secara utuh, silahkan bisa tinggalkan komentar :)
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates