Pandangan sekaligus panduan
masyarakat Jawa dalam menjalani kehidupan yang mudah diucapkan namun sulit
melaksanakannya. Kita pada umumnya cenderung memiliki ego, harga diri, emosi,
dan rasa ingin tahu yang tinggi yang menyulitkan kita untuk menerapkan nilai
filosofi tersebut. Di balik setiap budaya di Indonesia pasti terkandung
nilai-nilai kebijaksanaan lokal, termasuk di antaranya budaya Jawa. Budaya Jawa
yang sebagai salah satu budaya yang tertua di tanah air ini, juga mempunyai
berbagai pepatah dan idiom yang berasal dari warisan ratusan bahkan ribuan
tahun yang lalu. Salah satunya yang paling tepat dengan kondisi sekarang ini
adalah ungkapan “kuno” dari khasanah budaya Jawa, ojo gumunan, ojo kagetan,
lan ojo dumeh.

Filsafat Jawa ojo
gumunan, bermakna janganlah kita selalu terkagum-kagum dengan hasil orang
lain sedangkan kita hanya sekedar menjadi penonton. Ojo gumunan juga
bermakna kita harus selalu memperbaiki diri dan menyesuaikan diri dengan
keaadan dan perubahan keadaan sekitar. Kita harus menjadi subjek dan bukan
sekedar objek.
Filosofi ojo
kedua adalah ojo kagetan. Makna harfiah dari ojo kagetan ini
adalah jangan mudah kaget. Suka terkaget-kaget kah kita? Jawaban sebagian besar
dari kita pasti YA!. Akhir-akhir ini banyak sekali peristiwa di negeri
nusantara ini yang membuat seluruh penduduknya terkaget-kaget, baik peristiwa
yang ditimbulkan oleh perseorangan, badan dan lembaga, juga yang lebih aneh
lagi adalah pemerintah juga hobby membuat rakyatnya selalu terkaget-kaget
dengan aneka kebijakan yang kemudian ditarik lagi atau tidak jelas
implementasinya. Kita terkaget-kaget tatkala KPK tiba-tiba menangkap jaksa dan
penyuapnya, juga terkaget-kaget ketika seorang anggota DPR terlibat dalam
transaksi penyuapan bahkan video porno. Kita juga kaget ketika tanpa alasan tarif
jalan tol tiba-tiba naik, bahkan harga cabe dan bawang putih juga melambung,
dan semua alasannya karena BBM naik.
Filosofi ojo kagetan
bermakna kita harus mawas diri terhadap perubahan sekeliling dan lingkungan
kita. Ojo kagetan juga bermakna persiapan diri sendiri menghadapi perubahan
sekeliling tanpa ikut berubah seperti sekeliling. Kalau kita sadar bahwa kita
hidup di negeri yang serba ajaib dan aneh seperti Indonesia, maka seharusnya
kita juga selalu mawas diri dan bersiap dengan aneka kejutan yang menyertai
setiap perubahan. Dengan tidak terkaget-kaget terhadap kejutan-kejutan di
sekeliling kita, kita akan lebih tegar dan sumeleh hidup di Indonesia.
Ojo Kagetan merupakan panduan agar
kita selalu membabar terlebih dahulu terhadap segala yang terjadi. Analisis
terlebih dahulu dari setiap masalah, baru tentukan strategi dan tindakan yang
akan diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena jika kita
menyelesaikan dengan bersikap reaktif, maka kemungkinan besar keputusan maupun
tindakan kita masih mentah dan tidak mampu menyelesaikan inti masalahnya.
Tantangan terbesar dari penerapan pandangan hidup ini ialah emosi dan harga
diri kita, yang bisa 'sak dheg sak nyet' ketika terjadi sesuatu hal yang
sensitif disekeliling kita.
Ojo terakhir adalah ojo
dumeh. Dumeh bermakna mentang-mentang atau sombong. Ojo dumeh
artinya janganlah kita sombong dalam menghadapi lingkungan disekeliling kita.
Sombongkah kita? Hanya orang lain dan bangsa lain yang bisa menilai bangsa kita
ini dumeh atau tidak. Tapi sadar atau tidak, kesombongan ini sebenarnya juga
kita jumpai dari perilaku kita sehari-hari. Dumeh atau mentang-mentang
kita kaya, dengan seenaknya kita menghambur-hamburkan uang untuk belanja secara
konsumtif di mall-mall mewah. Dumeh bisa membayar, kita menggunakan
listrik dan BBM secara berlebihan dan hanya untuk konsumtif. Dumeh lebih
pandai dari rata-rata rakyat Indonesia, kita melakukan pembodohan secara terus
menerus dengan informasi-informasi yang membingungkan dan menyesatkan. Dumeh
menjadi rakyat kecil, dengan seenaknya kita hanya bisa mengkritik dan mencaci
maki para pimpinan, meski mereka kadang benar sekali pun.
Ojo dumeh adalah salah satu ajaran dasar
leluhur kita untuk selalu melakukan introspeksi diri terhadap lingkungan, sesama
manusia, dan juga kepada Sang Pencipta. Dengan tidak dumeh, maka kehidupan
sebenarnya akan lebih baik dan lebih tentram. Ojo dumeh merupakan
larangan agar kita jangan bersikap sombong, pamer mengenai segala sesuatu yang
kita miliki. Seharusnya kita bersikap andap asor mring sapodho, atau
bersikap rendah hati terhadap sesama. Segala yang kita miliki baik itu harta,
jabatan, pengetahuan, maupun istri, anak, sanak saudara, ini hanyalah
sementara, dan titipan dari Yang Maha Kuasa. Kita diamanahkan untuk mengamalkannya
agar menjadi milik kita yang hakiki kelak di alam sesudah kita meninggalkan
dunia fana ini.
sumber : Suara Merdeka
1 komentar:
bagus sekali. terima kasih. Kalau dalam agama islam. Allah SWT Melarang kita berbuat sombong, takabur. Adigung adiguna gitu
Posting Komentar