Dialek
adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang
berbeda dari satu tempat wilayah atau area tertentu (menurut Abdul Chaer).Dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan
pengucapan. Jika pembedaannya hanya berdasarkan pengucapan, maka disebut aksen.
Dapat disimpulkan bahwa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur
yang berbeda dengan kelompok penutur lain berdasarkan atas letak geografi,
faktor sosial, dan lain-lain. Ilmu yang mempelajari dialek disebut dialektologi yaitu bidang studi yang bekerja dalam memetakan
batas dialek dari suatu bahasa.
karena saya asli berasal dari Pati, maka dialek yang akan dipaparkan pada posting kali ini adalah bagaimana dilek Pati sangat unik dan nyaman sekali dituturkan. Pati merupakan daerah wetanan agak pesisir, letaknya di utara provinsi Jateng. jarak dari semarang sekitar 170Km butuh waktu sekitar 3jam perjalanan dengan kecepatan 60km/jam. Logat orang pati cenderung agak kasar dan menantang, mayoritas menggunakan bahasa ngoko. Apalagi bagi kalangan mudanya, mereka sangat asik sekali menambahkan kata "cuk" "le" untuk kata ganti temanya. contoh: "deloi rainem le le, ra mbejaji blas!"
artinya, lihat mukamu itu, sama sekali ngga patut. Namun orang Pati sangat asik, enakan dan jarang tersinggung. selera guyon mereka lumayan tinggi.
baiklah, berikut beberapa dialek yang sangat mudah dikenali dari orang Pati dimanapun berada :
Orang Pati sering bilang untuk menggantikan kepemilikan , “bukumu, omahmu, nggonmu, sepedamu..dst” pasti nyebutnya, “bukunem, omahém, nggonem, sepedaem..
Bagi orang Pati sendiri, kami memandang ada 2 ujaran khas yang
diucapkan wong “Pati njekek”, yaitu “leh” dan “go”yang artinya hanya penekanan saja.
Misalkan, “piye leh..ayo go
ndang mangkat..” yang berarti “gimana si, ayolah segera berangkat..”
ada lagi kata “tétér” yang berarti rusak.
Ato kata “nda-ndeh” yang mungkin bisa diartikan apa-apa. Kata ini
biasanya mengikuti “ga ana” yang jika digabung “ga ana nda-ndeh” akan
berarti tidak ada apa-apa.
Kadang kami juga memplesetkan sedikit huruf dari suatu kata. Jika di
tempat lain mereka biasa berujar “jare” yang berarti “kata” maka orang
Pati lebih familiar menyebutnya “hare”.
contoh : "harene bapakem ora ndandeh dolan neng kono." ( kata ayahmu gak apa-apa main ke situ)
namun, ada juga yang memakai hare sebagai partikel. misal " aku ndek maeng wis bar mangan hare."
(aku tadi udah makan kok)
ku mau ngerti kowe njajan. He’e, a? (Aku tadi melihat kamu jajan. Iya kan?)
“He’e a” ini seruan khas Pati. Umunya orang Jawa menyebutkan “Iya to”.
angas, wani; berani hanya jika tidak ada orangnya, atau berani di bibir saja.
Contoh penggunaan: Ditantang Si Bodong ra
wani. Nanging nek ra ana wonge ngaku wani. Dasar wani-wani angas.
(Ditantang Si Bodong kok tidak berani. Tapi kalau tidak ada orangnya
mengaku berani. Dasar wani-wani angas)
bejijat; banyak polah kurang hati-hati.
Contoh penggunaan: Dadi wong ra sah bejijat. (Jadi orang tidak usah banyak polah)
dianto’i; hmmm, kira-kira sama dengan jancuk Jawa Timuran.
go; sejajar dengan dong. Biasanya digunakan dalam kalimat seru. Di Solo-Yogya ada istilah no.
Contoh penggunaan: Wong kok kesuwen. Gage,
go! (Orang kok lambat. Lekas dong!); Mbok sabar, ngko sik, go! (Mbok
sabar, nanti dulu dong!)
Nah, gage ini juga khas Pati. Biasanya orang menyebutnya lekas, cepet.
gonggos; rakus. Kebanyakan orang Jawa menyebutnya gragas.
jangkar; memanggil
orang yang lebih tua, langsung pada namanya. Tindakan ini menimbulkan
kesan kasar dan tak sopan. Hal ini supaya membiasakan orang yang lebih
muda untuk menghormati orang yang lebih tua dengan memanggil Mas, Mbak,
Ibu, Bapak, atau Mbah, dll. Orang Jawa lainnya menyebutnya jantur.
Contoh penggunaan: Simak dialog antara kakek dan cucu berikut ini.
Kakek : Le, tukokno rokok, Le. (Nak, belikan rokok, Nak)
Cucu : Iyo Jan, Paijan. (Iya Jan, Paijan)
Kakek : Eee… karo mbahe kok jangkar. (Eh, sama kakeknya kok jangkar)
jantok; meminta tanpa malu-malu, dengan terang-terangan.
Contoh penggunaan: Simak dialog singkat dua anak kecil ini.
A: Eh, aku jaluk jajanmu, a! (He, aku minta jajanmu dong)
B: Bocah kok isane jantok. Tuku dhewe, a! (Anak kok bisanya jantok. Beli sendiri dong)
kakekane; hmmm, sejenis umpatan juga. Daerah lainnya, terutama Jawa Timur maupun Pantura juga menggunakannya.
klowor; diartikan
konyol, tapi kurang tepat juga. Silakan simak aksi duet Ng Man Tat dan
Stephen Chow. Itulah klowor. Kocak karena agak bodoh dan konyol.
leh; sejajar dengan sih. Biasanya digunakan dalam kalimat tanya.
Contoh penggunaan: Piye, leh? (Bagaimana sih?)
ogak; tidak. Kata ini juga bisa ditemui di daerah Jawa Timuran. Kebanyakan orang Jawa menyebutnya ora.
pia-pia; sejenis
gorengan. Orang Yogya menyebutnya bakwan. Ada yang bilang heci atau
othe-othe. Namun, bagi orang Pati, bakwan adalah gorengan yang ada
potongan biji jagungnya.
pupoh; hajar.
Contoh penggunaan: Ngebut pupoh. (Kalau ngebut di jalan ini, akan dihajar warga)
solu; tindakan menjilat.
Contoh penggunaan: Oalah, wong kok isane nyolu. (Walah, jadi orang kok bisanya menjilat)
ugung; belum. Kebanyakan orang Jawa menyebutnya durung.
Ada lagi pengucapan yang khas, setiap
kata yang berakhiran –ih, akan diucapkan dengan akhiran –eh. Misalnya
pilih diucapkan pileh. Putih-puteh. Getih-geteh. Sisih-siseh. Dll.
Sedangkan kata yang berakhiran –uh akan
diucapkan dengan akhiran –oh. Misalnya duduh, diucapkan dudoh.
Misuh-misoh. Musuh-musoh. Rusuh-rusoh. Tempuh-tempoh. Dll.
Ada lagi yang khas Pati. Jika kita membuat kalimat peritah, seringkali menggunakan partikel –ke. Misalnya: tukokke (belikan), lebokke (masukkan), dll. Biasanya, orang Pati menggunakan partikel –no. Mungkin daerah lain juga menggunakan kebiasaan ini. Misalnya: tukokno, lebokno.
Untuk menyatakan kata ganti milik orang kedua, biasanya orang menggunakan kata –mu. Misalnya: mbahmu (kakekmu), matamu, pitmu (sepedamu), dll. Namun, orang Pati terbiasa dengan –em (jika huruf akhirnya vokal, menjadi –nem). Misalnya: mbahem, matanem, pitem, dll.
begitu asiknya berbicara degan orang Pati, dengan bahasa yang ceplas ceplos :D
2 komentar:
Aku orang pati, tapi ngomongku campuran jepara, jawa timur,dan lain2 karena aku tinggalnya dipalembang. Dan sebenernya aku agak aneh dengan ucapan khas pati makanya aku cari digoogle.
aku orang jawa timur tapi aku kurang paham dengan istilah jawa
Posting Komentar